Sabtu, 31 Desember 2011

PUISI DEWASA

Surat dari Ibu
Karya : Asrul Sani

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke laut bebas
Selama angin masih angin buritan
Dan matahari menyinari daun-daunan
Dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
Dan warna senja belum kemerah-merahan
Jika bayang telah pudar
Dan elang laut pulang ke sarang
Angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
Dan nahkoda sudah tak berpedoman
Boleh engkau datang padaku
Kembali pulang anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
“tentang cinta dan kehidupanmu pagi hari”


Waktu yang Tidak Bisa Berjalan
Karya : Andi Rusnadi

Selamat datang di tempat di mana waktu tidak bisa berjalan
Tidak ada yang datang dan tidak ada yang pergi
Tidak ada pintu atau jendela yang terkunci
Semuanya seluas mata memandang
Saat berada di puncak yang paling tinggi
Tidak akan ada jurang apabila melihat ke bawah
Dapat berjalan dengan tegak
Walau ada sebongkah batu di dalam sepatu
Menghadapkan wajah ke sebelah timur
Akan terlihat juga di situ barat, utara, dan selatan
Berada di lautan luas yang tenang dalam sebuah perahu
Tak perlukan dayung untuk mencapai pelabuhan
Bermimpi hal yang setiap malam
Tidak akan terasa itu adalah realitas
Pena dan tinta telah disiapkan
Ketika sudah sedia untuk menuliskan kisah waktu yang berjalan


Gembala
Karya : Muhammad Yamin

Perasaan siapa ta ‘kan nyala
Melihat anak berlagu dendang
Seorang saja di tengah padang
Tiada berbaju buka kepala

Beginilah nasib anak gembala
Berteduh nasib anak gembala
Berteduh di bawah kayu nan rindang
Semenjak pagi meninggalkan kandang
Pulang ke rumah di senja kala

Jauh sedikit sesayup sampai
Terdengar olehku bunyi serunai
Melagukan alam nan molek permai

Wahai gembala di segara hijau
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau
Maulah aku menurutkan dikau


Senja di Pelabuhan Kecil
Karya : Chairil Anwar

Buat Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap


Potret Tukang Sampah
Karya : Eka Budianta

Dengan perut lapar dan harapan kosong
Aku menelanmu, Jakarta
Kukunyah-kunyah sebuah mikrolet tua
Onggokan sampah telah menjadi menu utamaku
Roda gerobak adalah sendok dan garpu

Tuhan, jangan beri aku uang
Baunya lebih kecut ketimbang sampahku
Mendingan di bayang-bayang pohon mangga
Aku menyiapkan cerita untuk anak cucu
Untukmu, Jakarta
Untuk pengemudi bajaj, penyalur genteng
Dan pedagang kakilima

Jakarta, seribu tahun genap sudah
Engkau masih compang-camping, luka-luka
Tangis bayi dan jerit wanita dimana-mana
Bianglala di atas perkampungan
Bikin cinta terbakar dalam perut lapar


Kambing
Karya : Emha Ainun Nadjib

kambing semacam itu pernah kau jumpaikah
yakni yang menyusu ke putingnya sendiri
sehingga tulang punggungnya patah
dan anak-anaknya haus roboh terkulai
kambing semacam itu pernah kau jumpaikah
yang membuntu lobang putingnya sendiri
seluruh air susu tubuhnya ia monopoli
hingga akhirnya mati sendiri
hanya manusialah yang demikian
jenis hewan yang diperbudak keserakahan
mencakar-cakar orang lain dengan kuku setan
sesudah uzur usia baru disiksa kecemasan
kata almuhammadi itulah jenis kebodohan
orang tak belajar kepada zakat dan kasih
makin kaya makin ditimpa kemiskinan
akhirnya dari jiwanya sendiri tersisih


Kutemani Kalian Sampai Di Sini
Karya Amir Ramdhani

Sebelum bulan terbit
Dan segalanya menjadi bibit
Lalu membumbui manis pada pahit
Kita menyeruak ke semak-semak
Menembus bius lagu tunggu
Sampai saatnya menjadi kerak
Dan kita terseret-seret
Ketika pendakian mencapai inti darah
Seperti para pencari kebenaran,
Berjalan di deretan bangkai dunia
Jangan lagi membayangkan
Betapa banyak kenangan najis
Menjadi bangsat-bangsat tersesat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar